Showing posts with label bahagia. Show all posts
Showing posts with label bahagia. Show all posts

Bersyukur dapat meningkatkan level Kebahagiaan

Bersyukur itu adalah memandang dengan positif tentang apapun kondisi kita saat ini. Bersyukur itu seperti mencari alasan yang positif dalam memandang sebuah kekurangan dan mengatakan alasan itu kepada kita sendiri. Ikhlas dengan kondisi apapun yang kita dapatkan saat ini. Bersyukur itu mengucapkan terima kasih kepada Tuhan atas apa yang telah Dia berikan kepada kita, dengan pikiran yang positif. Tak lain halnya dengan memiliki sudut pandang yang positif terhadap sesuatu hal yang terjadi apapun itu.
bersykur

Jadi bersyukur itu memandang dengan sudut yang positif suatu keadaan dengan yang di sertai dengan iman kepada Tuhan. Dan akhirnya kita akan bersyukur kepada Tuhan tanpa memerlukan alasan dan tidak memerlukan akibat dari sesuatu, yang endingnya kita akan selalu bahagia tanpa perlu menemukan alasan untuk bahagia.

Hati manusia indentik dengan hal-hal yang berkaitan dengan emosi manusia. Secara kesehatan hati merupakan tempat dimana tubuh ini mendetoksin racun/kuman/virus yang ada di tubuh kita. Alangkah beruntungnya orang-orang yang pandai bersyukur.

Jangan selalu pandang hal-hal yang telah kita dapatkan dari segi negatif saja. Kita selalu berdoa kepada tuhan. Dan Tuhan akan mengabulkan doa kita. Namun kita masih saja merasa ada yang kurang dengan hal-hal yang sudah di kabulkan itu. Misal kita berdoa agar di beri pekerjaan dan setelah kita memiliki pekerjaan kita akan mencari-cari hal yang negatif dengan pekerjaan kita entah gaji kurang-besar, pekerjaan ini sulit dan ini itu, dan terus mengeluh. Coba saja bandingkan dengan kondisi orang lain yang tidak bekerja. 

Dalam kondisi sosial kemasyarakatan kita indonesia(pikiran yang umum di masyarakat) orang yang memiliki strata sosial tinggi adalah orang yang memiliki harta yang melimpah. Dan pikiran kita saat ini cenderung di dorong kearah sana untuk berlomba-lomba memiliki harta yang melimpah. Presepsi yang ada di masyarakat kita saat ini adalah memiliki banyak harga itu adalah sebuah kebahagiaan. Padahal harta yang melimpah bukanlah sesuatu hal yang akan membahagiakan kita. Kita sudah terlalu lama terjebak dalam teori bahwa kaya itu bahagia.

Mari kita buka lembaran sejarah dan kita pelajari sejarah kita sendiri, sejarah nenek moyang kita sendiri. Buka wawasan kita secara positif tentang sejarah kita, lihat dengan hal yang positif. Kita akan banyak menemukan perbedaan tentang cara pandang strata sosial, bahwa dijaman kerajaan sudah terbukti bahwa orang-orang kaya yang memiliki kekuasaan dan kehormatan(raja dan keluarga) tidak menggambarkan sebuah kebahagiaan yang sejati. 

Contoh kebahagian itu terlihat dari orang-orang yang memilki kebijaksanaan karena pertapaanya dalam mencari Tuhannya. orang-orang yang memiliki status tuan guru yang digambarkan dalam wajah yang berseri-seri(cara pandang umum dalam melihat bahwa seseorang itu bahagia). Sang Raja pun akan sangat menghormati para suhu/kyai/syech atau tokoh-tokoh agama di jaman itu. Mereka juga sangat dihormati pada saat itu. 

Tapi sangat berbeda dengan hari ini kita hanya menghormati orang-orang yang memiliki harta. Karena mindset pikiran kita diarahkan pada suatu yang yang bersifat materiil dan di setiap hari kita disuguhi pemikiran bahwa untuk hidup bahagia kita hanya memerlukan uang. 

Janganlah menunggu sebuah kebahagiaan, cukup dengan bersyukur. Cari alasan lain kenapa kita melakukan kewajiban kita, dengan bahagia lebih dulu maka tugas dan kewajiban kita akan berjalan dengan lebih baik karena kita lakukan saat kondisi kita bahagia.

Bersyukur dapan menyebabkan :
timbulnya rasa bahagia
wajah anda semakin enak di pandang
hati anda sehat secara psikis dan fisik , " hati yang sehat akan mempengarui kesehatan fisik kita "
tidur anda menjadi lebih nyenyak dan terbebas dari insomina.
anda selalu dinamis
dan hal-hal positif lainnya mendekat kedalam diri anda

**syarat dan ketentuan berlaku :v :v :v

Dalam Quran Surat Ar Rahmah berulang 31 kali Fa-biayyi alaa'i Rabbi kuma tukadzdzi ban (Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?) 
Read More